Kutemukan diri terlelap di kasur rumah seorang peri yang lama telah pergi. Kemudian terbangun memandang sekitar dengan lesu dan gelisah. Kuputuskan untuk membuat kopi susu penuh kebul sambil menikmati angin yang memainkan rambut-rambut. Hari masih siang, matahari berteriak panas dengan marah, ia lah yang telah menyepuh warna kuningan pada hamparan rumput di halaman. Membuat peri-peri terpaksa pergi mengosongkan rumah karena mereka membenci musim panas yang terlalu, membuat bunga-bunga menjadi layu dan tak ada lagi sari madu. Mencari harapan baru meski entah kemana. Sangat disayangkan, padahal musim kemarau kabarnya akan segera berganti. Benar sepertinya Tuan Matahari harus meredakan sedikit amarahnya, paling tidak. Bagaimana caranya? Haruskah aku memberikannya hadiah? Kamu sendiri, sedang dimana? Kepergianmu semakin terasa mengosongi ruang-ruang, kali kau pergi sesaat itu pula bala peri mengikutimu pergi. Aku mencoba menjawab pertanyaan angin, ya, semoga cepat air-air kerinduan m