Skip to main content
Kutemukan diri terlelap di kasur rumah seorang peri yang lama telah pergi. Kemudian terbangun memandang sekitar dengan lesu dan gelisah. Kuputuskan untuk membuat kopi susu penuh kebul sambil menikmati angin yang memainkan rambut-rambut. Hari masih siang, matahari berteriak panas dengan marah, ia lah yang telah menyepuh warna kuningan pada hamparan rumput di halaman. Membuat peri-peri terpaksa pergi mengosongkan rumah karena mereka membenci musim panas yang terlalu, membuat bunga-bunga menjadi layu dan tak ada lagi sari madu. Mencari harapan baru meski entah kemana. Sangat disayangkan, padahal musim kemarau kabarnya akan segera berganti. Benar sepertinya Tuan Matahari harus meredakan sedikit amarahnya, paling tidak. Bagaimana caranya? Haruskah aku memberikannya hadiah? Kamu sendiri, sedang dimana? Kepergianmu semakin terasa mengosongi ruang-ruang, kali kau pergi sesaat itu pula bala peri mengikutimu pergi.

Aku mencoba menjawab pertanyaan angin, ya, semoga cepat air-air kerinduan menghambur di halaman. melahirkan kembali tunas baru dan menyegarkan bunga kami yang layu. Tapi angin itu menjadi senyap, tak meneruskan kata-kata..

Betapa aku dibayangi olehmu, sang angin membisikan bahwa kamu rindu. Tapi kemana kamu kataku, pulanglah.. jika memang rindu..
Kabar manis menjelma menjadi waktu nyata pergantian musimnya kelak.
Sehingga saat semesta di hujani air mata tanpa jeda, tanda keharuan dan perasaan bahagia, yang turun karena tak tertahan lagi oleh kata-kata. Tanda sang matahari mau mengalah, membiarkan para peri kita pulang ke rumah.. dan yang paling penting kamu pun ada..
Kebun kita akan ditumbuhi banyak bunga kembali. Berwarna-warni mejikuhibiniu. Hari itu kita akan memupuk tunas-tunas tempat bermain baru buat para peri.

Aku harap, aku bisa kembali menuliskan sebuah cerita cinta dan merawat tempat bagi kita tinggal. sehingga tidak ada satu alasan apapun yang kita tak ambil pelajaran daripadanya. Meragukanmu, tak akan pernah terulang kembali. Lekas pulang, bawa para peri kesayangan kita. Aku selalu menyediakan tempat bagi air dan harapan baru kebun rumah kita.. Aku jugs merindukan mu. Disini rumahmu..

Comments

Popular posts from this blog

June talks

—"since the world is going to end, what if we kiss... and bring hell to others." Sorry that was Sartré. Sometimes i hope the cliché and happy ending story doesnt works only in our head.
“Dalam pengingkaranmu akan selalu ada sosok aku, akan ada rindu, dan akan ada cinta yang akan membuatmu bersedih suatu hari kelak. Karena kamu tahu, rindu selalu mempunyai caranya sendiri untuk menyelipkan rasa sedih dan haru ke dada manusia. Karena rindu lah, yang mampu membuat segala makna yang kabur menjadi begitu jelas.”

Bahaya-bahaya yang indah

In frame : Bahaya-Bahaya yang Indah poet book by Weslly Johannes Sebelumnya pernah dituliskan oleh Weslly, Tempat Paling Liar di Muka Bumi dan Cara-Cara tidak Kreatif Mencintai. Beradu kasih puisi dengan Mbak Theo, yang tulisannya pun tak terkira sama manisnya ❤❤ Setelah membaca buku-buku puisi karya keduanya, gairah beribadah puisiku pun kian tak terbendungkan. Ku coba menulis satu pagi ini, sambil mengingat percakapan semalam dengan kekasih.  "Hidup itu indah, seperti puisi-puisi Kisah kasih meski luka pati Dikhianati Teman kekasih Kita hidup untuk ini Untuk cinta yang datang kembali Setiap pagi dan  menulis puisi Memang pekerjaan abadi."                                    —Dhea Jika bernasib baik, saya ingin menjabat tangan manusia-manusia dengan tulisan indah nan romantis ini satu persatu dan berterimakasih ❤ Jiwa kasmaranku, seperti ditenangkan. Arus tak lagi kencang sebab betul, rindu tak pernah kehilangan arah.