Skip to main content
Maafkan lah saya, jika saya termasuk jenis manusia yang pemurung. Kita tidak bisa menampik, perbedaan ini sudah kita bawa semenjak lahir—begitu juga dengan cara kita menjalani hidup. Karena kasih sayang orangtua dan keluarga, dukungan teman, lingkungan, pendidikan, literasinya dan segala sesuatu yang dialami juga berbeda.
Perbedaan tersebut jelas menimbulkan polemik ketidaksetujuan, bahkan parahnya katakanlah, terjadi kesalah pahaman yang lebih luas yang melukai. Sedikit saya rangkum, saya selama ini contohnya, banyak sekali menerima kritik (mereka ngotot menyebutnya sebuah masukan, oke). Kadang bagus untukku sebab beralasan dan konkret. Tapi kadang juga saya di kritik tanpa alasan yang jelas. Menurutku, tentu saja, bukan pengalaman yang menyenangkan menerima kritik tanpa alasan yang jelas. Pada masa itu, yang bisa saya lakukan hanyalah menangis. Meratapi bahwa menurut orang lain yang ku sayang, saya begini banyak kurangnya. Pada masa itu, saya hilang kesadaran, karena menghadapi masalah bukanlah sekadar ditangisi dan dipikirkan. Harus ada yang berubah, satu dua hal harus diputuskan. 

Waktu banyak berlalu semenjak hari-hari kelabu itu. Untuk saat ini yang bisa saya lakukan dalam menjalani hidup adalah menangguhkan penilaian-penilaian orang dan menerima tugas perbaikan diri. Kadang, sesuatu yang apa adanya saja tidaklah cukup. Kita didesak untuk menjadi diri kita dengan versi yang lebih baik dari hari ke hari. Tentu saja bukan hal jelek. Sejujurnya, saya menyukai ide ini. Bahkan Tulus pun menyanyikan hal yang sama, jangan mencintai aku apa adanya hahaha.
Memeluk kekurangan seorang manusia ialah pekerjaan berat, tidak bisa semua orang mampu memeluk perbedaan dan menerimanya. 

Dalam suatu lingkungan, saya menjadi asing. Dan dalam situasi ini saya memang merasa sedang terjebak, kebanyakan yang mereka lakukan adalah selalu membuat kemungkinan bahwa diluar sana beberapa manusia menjalani yang hidup sempurna. 

Saya berpikir, saya harus berusaha memenuhi ekspetasi-ekspetasi mereka. Jika gagal, tidak akan ada lagi yang tersisa. Sebab itu saya berusaha mati-matian karena mengecewakan orang lantaran standar diri yang tak cukup bukanlah sebuah prestasi. Saya merasa jahat sudah merusak ekspetasi mereka dan itu melukai saya sampai ke dalam-dalam.

Andaikan, bekerja keras dan tahan banting adalah kelebihanku sejak dulu. Mungkin saya tidak akan kerap menepi dalam perjalanan berproses ini. Andaikan saja..

Comments

Popular posts from this blog

June talks

—"since the world is going to end, what if we kiss... and bring hell to others." Sorry that was Sartré. Sometimes i hope the cliché and happy ending story doesnt works only in our head.
“Dalam pengingkaranmu akan selalu ada sosok aku, akan ada rindu, dan akan ada cinta yang akan membuatmu bersedih suatu hari kelak. Karena kamu tahu, rindu selalu mempunyai caranya sendiri untuk menyelipkan rasa sedih dan haru ke dada manusia. Karena rindu lah, yang mampu membuat segala makna yang kabur menjadi begitu jelas.”

Bahaya-bahaya yang indah

In frame : Bahaya-Bahaya yang Indah poet book by Weslly Johannes Sebelumnya pernah dituliskan oleh Weslly, Tempat Paling Liar di Muka Bumi dan Cara-Cara tidak Kreatif Mencintai. Beradu kasih puisi dengan Mbak Theo, yang tulisannya pun tak terkira sama manisnya ❤❤ Setelah membaca buku-buku puisi karya keduanya, gairah beribadah puisiku pun kian tak terbendungkan. Ku coba menulis satu pagi ini, sambil mengingat percakapan semalam dengan kekasih.  "Hidup itu indah, seperti puisi-puisi Kisah kasih meski luka pati Dikhianati Teman kekasih Kita hidup untuk ini Untuk cinta yang datang kembali Setiap pagi dan  menulis puisi Memang pekerjaan abadi."                                    —Dhea Jika bernasib baik, saya ingin menjabat tangan manusia-manusia dengan tulisan indah nan romantis ini satu persatu dan berterimakasih ❤ Jiwa kasmaranku, seperti ditenangkan. Arus tak lagi kencang sebab betul, rindu tak pernah kehilangan arah.