Bulan Ramadan kali ini terasa sedikit berbeda. Terutama untuk saya pribadi. Suasananya terasa murung dan penuh dengan kesedihan sebab datangnya berita duka.
Silih berganti berita itu hinggap ditelinga. Para sahabat mengalami duka dalam. Ada yang kehilangan ibu, beberapa kehilangan Ayahnya. Selain itu, yang menderita sakit fisik juga banyak tersampaikan beritanya. Sungguh murung ketika saya mendengarkan duka yang datang bertubi-tubi itu.
Bisa kamu bayangkan, betapa sakit dan hampa yang akan terpatri di hati setelah kita di tinggal pergi seseorang yang amat berarti? Sepertinya tak ada seorangpun di dunia yang benar-benar mampu menerjemahkan perasaaan sedih itu pada kita.
Bahkan ketika saya sendiri sudah mengalami kehilangan, merasa tetap tidak mampu menggambarkan sedihnya. Yang saya ketahui, sedih itu semakin ingin kita buang jauh kemana saja, malah ia membangun rumahnya sendiri di sudut hati. Dan ia entah bagaimana ceritanya bisa kian menjadi kokoh, saya pun sesekali melongok kedalamnya untuk menyalakan kenangan yang baik-baik. sekarang jika ingin menangis, mengingat kenangan, ya menangis saja lah. Tapi tetap jangan banyak menangis terlalu banyak, matamu akan sembap membengkak meskipun airnya memurnikan kembali matamu. Tetap saja kata orangtua, airmata itu air bah.
saya juga ingin berdoa agar teman-teman lainnya tidak ada lagi yang mengalami kesedihan karena kehilangan. Terlalu sedih dan sakit sampai saya tidak mau kalian merasakan hal yang sama. Tapi memangnya siapa di dunia ini yang tidak akan mati atau ditinggalkan orang? Mungkin semuanya cuma persoalan waktu saja. Ya?
Tapi sesedih apapun yang terasa. Saya yakin, Tuhan mengizinkan kita untuk merasakan rasa sedih itu. Bahkan Tuhan lah yang memerintah air mata itu turun ibarat sungai.
Perkara meneteskan air mata ketika orang yang paling kita sayangi habis sudah masanya, memang menjadi perdebatan. Katanya bisa jadi siksa untuk yang sudah pergi..
Tapi lagi-lagi saya percaya semua itu sah saja, Karena itulah tugas air mata.
Ia menunjukan rasa sayang kami dan akan terbang menjadi doa yang kita titipkan kepada Tuhan. Tuhan akan selalu tahu kedalaman ketulusan hati kita.
Gak pernah sedikitpun terbesit untuk memberi luka dan beban kepada mereka yang sudah pergi mendahului kami. Meski iya kami sayang, meski iya kami rindu.
Yah,
Nyanyian sedih itu bernama tangis.
Sekarang, mari sejenak temani saya mengirimkan doa untuk teman saya yang baru saja ditinggal pergi oleh Ayahnya. Semoga keduanya dipertemukan kembali utuh dan bahagia di surga-Nya kelak.
Ya Tuhan, kami titipkan mereka yang sudah kembali kepadamu. Senantiasa jasadnya yang tertanam pada tanah-Mu, selalu bersih dan dihindarkan dari segala keburukan.
Aamiin yra.
Silih berganti berita itu hinggap ditelinga. Para sahabat mengalami duka dalam. Ada yang kehilangan ibu, beberapa kehilangan Ayahnya. Selain itu, yang menderita sakit fisik juga banyak tersampaikan beritanya. Sungguh murung ketika saya mendengarkan duka yang datang bertubi-tubi itu.
Bisa kamu bayangkan, betapa sakit dan hampa yang akan terpatri di hati setelah kita di tinggal pergi seseorang yang amat berarti? Sepertinya tak ada seorangpun di dunia yang benar-benar mampu menerjemahkan perasaaan sedih itu pada kita.
Bahkan ketika saya sendiri sudah mengalami kehilangan, merasa tetap tidak mampu menggambarkan sedihnya. Yang saya ketahui, sedih itu semakin ingin kita buang jauh kemana saja, malah ia membangun rumahnya sendiri di sudut hati. Dan ia entah bagaimana ceritanya bisa kian menjadi kokoh, saya pun sesekali melongok kedalamnya untuk menyalakan kenangan yang baik-baik. sekarang jika ingin menangis, mengingat kenangan, ya menangis saja lah. Tapi tetap jangan banyak menangis terlalu banyak, matamu akan sembap membengkak meskipun airnya memurnikan kembali matamu. Tetap saja kata orangtua, airmata itu air bah.
saya juga ingin berdoa agar teman-teman lainnya tidak ada lagi yang mengalami kesedihan karena kehilangan. Terlalu sedih dan sakit sampai saya tidak mau kalian merasakan hal yang sama. Tapi memangnya siapa di dunia ini yang tidak akan mati atau ditinggalkan orang? Mungkin semuanya cuma persoalan waktu saja. Ya?
Tapi sesedih apapun yang terasa. Saya yakin, Tuhan mengizinkan kita untuk merasakan rasa sedih itu. Bahkan Tuhan lah yang memerintah air mata itu turun ibarat sungai.
Perkara meneteskan air mata ketika orang yang paling kita sayangi habis sudah masanya, memang menjadi perdebatan. Katanya bisa jadi siksa untuk yang sudah pergi..
Tapi lagi-lagi saya percaya semua itu sah saja, Karena itulah tugas air mata.
Ia menunjukan rasa sayang kami dan akan terbang menjadi doa yang kita titipkan kepada Tuhan. Tuhan akan selalu tahu kedalaman ketulusan hati kita.
Gak pernah sedikitpun terbesit untuk memberi luka dan beban kepada mereka yang sudah pergi mendahului kami. Meski iya kami sayang, meski iya kami rindu.
Yah,
Nyanyian sedih itu bernama tangis.
Sekarang, mari sejenak temani saya mengirimkan doa untuk teman saya yang baru saja ditinggal pergi oleh Ayahnya. Semoga keduanya dipertemukan kembali utuh dan bahagia di surga-Nya kelak.
Ya Tuhan, kami titipkan mereka yang sudah kembali kepadamu. Senantiasa jasadnya yang tertanam pada tanah-Mu, selalu bersih dan dihindarkan dari segala keburukan.
Aamiin yra.
Comments
Post a Comment