Suatu hari, cuaca di suatu kampung panas bukan main. Angin juga bertiup kencang membuat suasana makin tidak karuan.
Pada sebuah lorong pasar tradisional di kampung tersebut, di sudutnya yang kumuh, terdapat seekor kucing dengan perut yang besar seperti berisi anak, tergeletak lemah tak berdaya. Seorang wanita tua berlalu dan kebetulan meyaksikan pemandangan itu. tergerak, ia mendekati kucing tersebut.
Khawatir jika sang kucing sudah mati.
setelah di dekati, badan sang kucing ternyata sudah berlumuran cairan bensin yang bau nya menyengat, selain itu debu melempel membuat bulu-bulunya kusut, dan kotoran membuat mukanya juga cemong.
Mungkin sebagian orang akan terbirit dan menghindari binatang itu, karena jelek kotor dan bau—tanpa mengerti bahwa sebetulnya kucing tersebut sedang di ambang kematian dan membutuhkan pertolongan dengan teramat.
Tapi manusia tidak selalu menjadi mahluk yang jahat, ada juga yang membawa kebaikan bagaikan malaikat. Salah satunya wanita tua ini.
Hati sang wanita tua begitu tergetar melihat kucing lemah berperut besar itu. Baru saja ia berjongkok untuk menaruh tangannya di tubuh sang kucing, ada teriakan begitu nyaring di ujung lorong.
"Mana kucing sialan itu! Mau ku bakar! Dia sudah mencuri ikan-ikan segarku! Dasar kucing pencuri!!"
sang kucing sepertinya juga mendengar teriakan itu dan dengan sigapnya terbangun dan berlari entah kemana. Kejadiannya begitu cepat, sehingga wanita tua itu tidak bisa mengikuti jejak kemana kucing itu telah pergi.
"hey wanita tua, kamu lihat tidak kucing putih yang jelek dan berperut besar berkeliaran di sekitar sini? Kucing buron itu! Harus ketemu!"
"apa kebetulan anda yang sudah menyirami kucing malang itu dengan bensin? Anda berniat untuk membakarnya, manghilangkan nyawanya?"
"betul, saya akan membakarnya kalau ketemu. Awas saja! Tidak peduli apa katamu wanita tua, membunuh pun tak apa. Binatang itu, bukan manusia!"
Wanita tua itu menatap lekat-lekat si pedagang ikan yang tengah mengamuk di hadapannya, kemudian tanpa kata meninggalkan si pedagang.
Dalam benaknya ia tahu, percuma mendebat manusia yang hatinya beku tak punya belas kasihan.
Pedagang yang tengah mengamuk itu pun serta merta meninggalkan lorong itu, ia mendengus keras dan menjauh perlahan bagai titik.
sedangkan wanita tua berdoa dalam hatinya, semoga kucing yang lemah itu tak pernah ditemukan oleh manusia yang ingin menyelakainya. Barangkali kucing itu sedang mengandung karena perutnya memang besar, ia harus melahirkan anak-anaknya dengan selamat.
Wanita tua terus memikirkan nasib sang kucing sampai pulang ke rumah. Dalam hatinya ia gelisah, menyesali tindakannya yang tak gesit menolong sang kucing.
Betul saja, satu hari berlalu semenjak pertemuan wanita tua dan kucing yang lemah itu , Tuhan mempertemukan mereka kembali.
pada pukul 8 pagi, cuaca yang sudah panas membuat wanita tua harus menjemur beberapa helai pakaian-pakaian di halaman rumahnya. Cuaca sedang cerah, pikirnya bersemangat. Tapi ketika ia selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya, secara misterius wanita tua melihat ada sesuatu yang terlihat di bawah batu besar di depan rumahnya.
Wanita tua itu merasa bahwa ia akan menyambut sesuatu, maka berjalanlah ia sambil menyipit-nyipitkan matanya.
Ternyata yang ia temukan adalah si kucing putih lemah yang ia temui kemarin di lorong pasar sedang menutup matanya di atas batu. tapi bukan sedang tidur wanita itu rasa.
dengan sedikit berjongkok, wanita tua mensejajarkan badannya dengan sang kucing. pelan ia berbisik di telinga sang kucing:
"halo kucing putih, kita ternyata dipertemukan kembali ya atau kamu yang memang mengikutiku pulang pada hari itu?
tapi bahkan kamu belum terlihat sehat, badanmu masih kotor dan bau bensin.
jika kamu berkenan, saya ingin bantu ya. boleh saya sentuh dan membersihkan badanmu?"
sang kucing perlahan membuka matanya dan membalas tatapan si wanita tua, dengan lemah sang kucing mengeong. suaranya nyaris tak terdengar, tapi wanita tua itu mengerti. ia tersenyum dan memangku sang kucing ke dalam rumah.
yang terjadi adalah dibersihkannya terlebih dahulu badan sang kucing karena wanita tua itu tahu jika sang kucing harus segera bersalin, ia ingin melakukan prosesnya dengan baik dan steril.
setelah semua prosesnya berhasil dilakukan, anak-anak sang kucing lahir dengan sehat dan selamat. anaknya ada 3 ekor, yang satu sama seperti sang induk ia berwarna putih polos, yang kedua berwarna campur antara putih dengan cokelat, dan yang terakhir warna hitam seluruh badan dengan noda putih di sekitar mata kanannya.
betapa bahagia dan leganya hati wanita tua, usaha menyelamatkan sang kucing tak berakhir sia-sia. bagaimanapun ia berujar dalam hati, memang hal ini sudah digariskan oleh Tuhan.
*****
hari berlalu, sang kucing beserta anak-anaknya yang berjumlah 3 ekor itu menghilang.
wanita tua tak begitu terkejut mendapati ketiadaan mereka pada suatu hari yang kelabu itu. ia mengerti bahwa sang kucing sebetulnya memahami segala situasi yang terjadi, bahkan setiap wanita tua itu megajaknya berbicara, ia yakin bahwa sang kucing memahami segala perkataannya.
ia tersenyum setelah menerjemahkan kepergiaan sang kucing yang tiba-tiba. sambil ditutup kedua matanya, mencoba mengingat kembali tatapan sang kucing ketika muncul di pekarang rumahnya. saat itu cuaca sedang cerah sekali sehingga tatapan sang kucing terlihat sungguh sangat jelas. baginya, tatapan itu berarti ujaran terimakasih sang kucing.
bahkan sebelum tangan si wanita tua membalut sang kucing, ia mengerti bahwa sang kucing telah memilih dirinya.
Pada sebuah lorong pasar tradisional di kampung tersebut, di sudutnya yang kumuh, terdapat seekor kucing dengan perut yang besar seperti berisi anak, tergeletak lemah tak berdaya. Seorang wanita tua berlalu dan kebetulan meyaksikan pemandangan itu. tergerak, ia mendekati kucing tersebut.
Khawatir jika sang kucing sudah mati.
setelah di dekati, badan sang kucing ternyata sudah berlumuran cairan bensin yang bau nya menyengat, selain itu debu melempel membuat bulu-bulunya kusut, dan kotoran membuat mukanya juga cemong.
Mungkin sebagian orang akan terbirit dan menghindari binatang itu, karena jelek kotor dan bau—tanpa mengerti bahwa sebetulnya kucing tersebut sedang di ambang kematian dan membutuhkan pertolongan dengan teramat.
Tapi manusia tidak selalu menjadi mahluk yang jahat, ada juga yang membawa kebaikan bagaikan malaikat. Salah satunya wanita tua ini.
Hati sang wanita tua begitu tergetar melihat kucing lemah berperut besar itu. Baru saja ia berjongkok untuk menaruh tangannya di tubuh sang kucing, ada teriakan begitu nyaring di ujung lorong.
"Mana kucing sialan itu! Mau ku bakar! Dia sudah mencuri ikan-ikan segarku! Dasar kucing pencuri!!"
sang kucing sepertinya juga mendengar teriakan itu dan dengan sigapnya terbangun dan berlari entah kemana. Kejadiannya begitu cepat, sehingga wanita tua itu tidak bisa mengikuti jejak kemana kucing itu telah pergi.
"hey wanita tua, kamu lihat tidak kucing putih yang jelek dan berperut besar berkeliaran di sekitar sini? Kucing buron itu! Harus ketemu!"
"apa kebetulan anda yang sudah menyirami kucing malang itu dengan bensin? Anda berniat untuk membakarnya, manghilangkan nyawanya?"
"betul, saya akan membakarnya kalau ketemu. Awas saja! Tidak peduli apa katamu wanita tua, membunuh pun tak apa. Binatang itu, bukan manusia!"
Wanita tua itu menatap lekat-lekat si pedagang ikan yang tengah mengamuk di hadapannya, kemudian tanpa kata meninggalkan si pedagang.
Dalam benaknya ia tahu, percuma mendebat manusia yang hatinya beku tak punya belas kasihan.
Pedagang yang tengah mengamuk itu pun serta merta meninggalkan lorong itu, ia mendengus keras dan menjauh perlahan bagai titik.
sedangkan wanita tua berdoa dalam hatinya, semoga kucing yang lemah itu tak pernah ditemukan oleh manusia yang ingin menyelakainya. Barangkali kucing itu sedang mengandung karena perutnya memang besar, ia harus melahirkan anak-anaknya dengan selamat.
Wanita tua terus memikirkan nasib sang kucing sampai pulang ke rumah. Dalam hatinya ia gelisah, menyesali tindakannya yang tak gesit menolong sang kucing.
Betul saja, satu hari berlalu semenjak pertemuan wanita tua dan kucing yang lemah itu , Tuhan mempertemukan mereka kembali.
pada pukul 8 pagi, cuaca yang sudah panas membuat wanita tua harus menjemur beberapa helai pakaian-pakaian di halaman rumahnya. Cuaca sedang cerah, pikirnya bersemangat. Tapi ketika ia selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya, secara misterius wanita tua melihat ada sesuatu yang terlihat di bawah batu besar di depan rumahnya.
Wanita tua itu merasa bahwa ia akan menyambut sesuatu, maka berjalanlah ia sambil menyipit-nyipitkan matanya.
Ternyata yang ia temukan adalah si kucing putih lemah yang ia temui kemarin di lorong pasar sedang menutup matanya di atas batu. tapi bukan sedang tidur wanita itu rasa.
dengan sedikit berjongkok, wanita tua mensejajarkan badannya dengan sang kucing. pelan ia berbisik di telinga sang kucing:
"halo kucing putih, kita ternyata dipertemukan kembali ya atau kamu yang memang mengikutiku pulang pada hari itu?
tapi bahkan kamu belum terlihat sehat, badanmu masih kotor dan bau bensin.
jika kamu berkenan, saya ingin bantu ya. boleh saya sentuh dan membersihkan badanmu?"
sang kucing perlahan membuka matanya dan membalas tatapan si wanita tua, dengan lemah sang kucing mengeong. suaranya nyaris tak terdengar, tapi wanita tua itu mengerti. ia tersenyum dan memangku sang kucing ke dalam rumah.
yang terjadi adalah dibersihkannya terlebih dahulu badan sang kucing karena wanita tua itu tahu jika sang kucing harus segera bersalin, ia ingin melakukan prosesnya dengan baik dan steril.
setelah semua prosesnya berhasil dilakukan, anak-anak sang kucing lahir dengan sehat dan selamat. anaknya ada 3 ekor, yang satu sama seperti sang induk ia berwarna putih polos, yang kedua berwarna campur antara putih dengan cokelat, dan yang terakhir warna hitam seluruh badan dengan noda putih di sekitar mata kanannya.
betapa bahagia dan leganya hati wanita tua, usaha menyelamatkan sang kucing tak berakhir sia-sia. bagaimanapun ia berujar dalam hati, memang hal ini sudah digariskan oleh Tuhan.
*****
hari berlalu, sang kucing beserta anak-anaknya yang berjumlah 3 ekor itu menghilang.
wanita tua tak begitu terkejut mendapati ketiadaan mereka pada suatu hari yang kelabu itu. ia mengerti bahwa sang kucing sebetulnya memahami segala situasi yang terjadi, bahkan setiap wanita tua itu megajaknya berbicara, ia yakin bahwa sang kucing memahami segala perkataannya.
ia tersenyum setelah menerjemahkan kepergiaan sang kucing yang tiba-tiba. sambil ditutup kedua matanya, mencoba mengingat kembali tatapan sang kucing ketika muncul di pekarang rumahnya. saat itu cuaca sedang cerah sekali sehingga tatapan sang kucing terlihat sungguh sangat jelas. baginya, tatapan itu berarti ujaran terimakasih sang kucing.
bahkan sebelum tangan si wanita tua membalut sang kucing, ia mengerti bahwa sang kucing telah memilih dirinya.
Comments
Post a Comment