Skip to main content
Seperti yang aan masyur katakan bahwa puisi ialah serupa pesta, bagiku—kehidupan juga terasa seperti pesta karena hidup merupakan pengulangan segala pesta. seperti ulang tahun atau acara meriah lain, tapi kita adalah manusia yang benci perayaan

dalam balutan meriah kita sebetulnya menangis dalam hati, pula dosa tanpa s di dalamnya

kau paham hidup adalah upaya yang kita tidak sukai, kebanyakan
kadang nestapa, kadang segala
menolak keinginan manusia, bisa saja
namun takdir Tuhan sulit diterka
Barangkali memang sudah tak ada lagi hal yang sederhana
Selain adanya
kita yang—
duduk berdua pada suatu sore
menertawakan urusan-urusan sepele

Jika pada suatu saat kamu berulang tahun
aku mungkin bukan yang dimaksudkan merayakannya denganmu
kau boleh membayangkan aku menjadi siapapun yang kau inginkan..

Juga, kelak jika engkau berulang tahun lagi
renungkan lah ini
kehidupan dan percintaan hanyalah setangkai kepalamu saja, tak ada lagi yang lain. bahwa tidak boleh ada yang sia-sia dari seorang manusia
terlebih waktu dan usia..

kita memang kerap bersedih sebab tanya belum bertemu jawab

aku pun tak berbuat banyak dan tak tahu soal
pada suatu malam sebelum ku memejam mata
aku memerhatikan isi sudut-sudut kepalaku sendiri
mencari jawaban atas tanya dan ragu

Alih-alih jawab, yang ku dapati adalah perasaan suam-suam kuku
pula jantung ku yang denyutnya tak bergurau
aku seakan mengerti mengapa cinta diantara kita ada.. engkau lebih dari cukup

Toh hidup pada akhirnya akan berhenti pada suatu titik, meski entah kapan dan dimana..

Aku tak menyiapkan kue atau apapun yang mampu membuat ulang tahunmu meriah, sayang..

dibawah lampu tidurku, aku berbisik pula membukakan kedua tanganku..



semoga suatu hari kelak selain ulang tahun ku dan engkau, akan ada perayaan
untuk nama kita berdua.. Aku dan engkau yang bahagia dengan takdir kita.

Comments

Popular posts from this blog

“Dalam pengingkaranmu akan selalu ada sosok aku, akan ada rindu, dan akan ada cinta yang akan membuatmu bersedih suatu hari kelak. Karena kamu tahu, rindu selalu mempunyai caranya sendiri untuk menyelipkan rasa sedih dan haru ke dada manusia. Karena rindu lah, yang mampu membuat segala makna yang kabur menjadi begitu jelas.”

Memori

Memori, Kehadiranmu dan perihal kita. Biar waktu berjalan, kini, sebagaimana mestinya.  Agar kamu dapat tersenyum lagi meski aku sudah tidak ada.. Agar meskipun suatu saat nyata nya kita tidak bersama, Namun memori kita ada dan nyata. Benar, Memori menguatkan cinta dari lupa. Mengingatkan dunia jika kita pernah berdua. Adalah hadiah untukmu, waktu yang abadi bernama kita.

June talks

—"since the world is going to end, what if we kiss... and bring hell to others." Sorry that was Sartré. Sometimes i hope the cliché and happy ending story doesnt works only in our head.