Hidup itu gak melulu soal luka dan duka.
Akan ada kebahagiaan yang hadir setelahnya.
Awalnya saya kira, luka dan duka akan membutuhkan berlalu nya waktu yang amat lama untuk bisa sembuh, dimaafkan, bahkan dilupakan rasa sakitnya.
Ternyata tidak.
Ikut campur Tuhan membuat semuanya berubah. Secara singkat, perasaan saya di putar balikan begitu saja. Hingga semua rasa sedih itu sirna sudah sekarang.
Saya masih menangis, tapi bagiku itu adalah salah satu cara saya berproses memaafkan dan memeluk diri saya sendiri.
Saya tidak ada keinginan pula untuk menghentikan air mata yang turun.
Biarlah..
Meski begitu, secara sadar, saya sudah membuang bermacam kepelikan dalam hidup saya. orang-orang yang mempersulit saya untuk bahagia (btw, mereka yang sudah menyakitimu, gak berharga untuk lagi dipikirkan) sebaiknya tidak dibalas, justru dimaafkan. Saya juga menganggap kegagalan adalah hal yang wajar saja, tidak perlu merasa sedih yang terlalu. Saya akan baik-baik saja. Saya begini begitu, bagaimana pun jalannya, diluar kekuasaan saya untuk atur itu semua, selalu ada Tuhan yang mengaturkannya untukku. berpikir seperti itu juga menjadikan saya menganggap bahwa pahitnya hidup itu adalah jawaban terbaik dari Tuhan. Yang paling sakit, justru yang menjadikan saya seperti sekarang.
Saya cukup bangga sudah bertahan sampai hari ini dan merasa sudah berhasil melakukannya dengan cukup baik.
Toh saya kini sudah hidup dengan menganggap luka sebagai masalah yang tak begitu berarti, masalah akan selalu ada dan terjadi selama kita hidup.
Perbedaannya adalah terletak pada seberapa yakinnya diri kita sendiri untuk mengatasinya dan mau bertahan. Buka mata, buka hati.. kita hidup gak sendiri. Kita dibutuhkan orang lain kok.
Dan untuk menjadi bahagia dan merasa punya arti untuk orang lain, kita sendirilah yang harus melakukannya. Kita berkeputusan dan berusaha. Kita sendiri juga lah yang merasakan bahagia itu, dalam dada ada yang menyenangkan, nyaman yang tidak mau pergi hadirnya.
Itu bahagia namanya..
Peliharalah ia..
Comments
Post a Comment