Skip to main content
Senang sekali rasanya setelah cerita mengenai banyak hal yang belakangan ini membuatku depresi, bahkan hal sepele pun, kamu akan tetap mendengarkannya dengan tenang. Tidak menghakimiku sebagai perempuan yang ribet dan sulit dipahami. Tidak mengkerdilkan cara berpikirku dan tidak juga membuatku merasa kurang bahkan dengan segala kurangku yang nyata ini. Tidak juga membandingkan diriku dengan sejuta perempuan diluar sana.

Adakalanya aku juga bisa marah dan membiarkan diriku marah. aku kecewa terhadap orang-orang yang menilaiku dari paham mereka saja..  aku cuma manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Tapi mungkin aku lah yang sebenarnya sudah mengecewakan orang-orang di sekitarku terlebih dahulu dengan menunjukan aku yang menjadi pribadi tidak menyenangkan lagi seperti biasanya, aku yang menjadi lebih sensitif dibandingkan biasanya, aku yang berani menyampaikan protesku meski sepele, aku yang tidak santai dalam menghadapi sesuatu yang bagi mereka harusnya bukan masalah besar (becanda), aku yang tidak pandai bersyukur, aku yang tidak paham bahwa kritik dan saran itu perlu.

(oke ya, tapi semisal dikritik tanpa alasan yang jelas bagaimana? Bagiku tentu saja bukan pengalaman yang menyenangkan di kritik tanpa alasan yang jelas. Apalagi tidak dibarengi solusi. Apa-apaan! *oke maaf aku lagi-lagi kesal*)

Aku selalu mencoba menganalisa kesalahan aku sendiri sebelum aku protes. Tentu aja. Karena jika memang aku salah, aku akan mengakuinya. Hal ini aku percaya untuk menghormati orang lain. Dan aku berharap mereka melalukan hal yang serupa. 

Aku mulai berpikir untuk memperjuangkan kemarahanku. Aku berhak mendapat perlakuan lebih baik, karena aku tidak melakukan hal-hal murah tersebut terhadap orang lain. Kenapa sekarang aku harus menerima perlakuan dan perkataan semacam itu? 
Tapi lagi-lagi aku tidak bisa lanjut memperjuangkan rasa marahku, aku merasa buruk setelah protes. Aku merasa buruk setelah menyakiti orang lain dengan mengutarakan isi hatiku sendiri.
Padahal sebelumnya, aku pandai menyembunyikan apa-apanya.
But i do release my stress sometimes. I do let my self to angry and cry.

Ada banyak cara untuk meredam kesal atas perlakuan orang lain memang.
Mungkin sebenarnya aku lah disini yang tidak sehat, dengan menjadi orang yang begitu rapuh.. Cara kalian pasti lebih hebat daripada caraku yang cuma menuliskan nya di blog dan berharap ada kelegaan setelah menuliskannya. Iya, aku memang perempuan curhat. Tapi demikian lah manusia memang berbeda, aku lebih merasa tenang jika sudah menyampaikannya. 

Comments

Popular posts from this blog

June talks

—"since the world is going to end, what if we kiss... and bring hell to others." Sorry that was Sartré. Sometimes i hope the cliché and happy ending story doesnt works only in our head.
“Dalam pengingkaranmu akan selalu ada sosok aku, akan ada rindu, dan akan ada cinta yang akan membuatmu bersedih suatu hari kelak. Karena kamu tahu, rindu selalu mempunyai caranya sendiri untuk menyelipkan rasa sedih dan haru ke dada manusia. Karena rindu lah, yang mampu membuat segala makna yang kabur menjadi begitu jelas.”

Bahaya-bahaya yang indah

In frame : Bahaya-Bahaya yang Indah poet book by Weslly Johannes Sebelumnya pernah dituliskan oleh Weslly, Tempat Paling Liar di Muka Bumi dan Cara-Cara tidak Kreatif Mencintai. Beradu kasih puisi dengan Mbak Theo, yang tulisannya pun tak terkira sama manisnya ❤❤ Setelah membaca buku-buku puisi karya keduanya, gairah beribadah puisiku pun kian tak terbendungkan. Ku coba menulis satu pagi ini, sambil mengingat percakapan semalam dengan kekasih.  "Hidup itu indah, seperti puisi-puisi Kisah kasih meski luka pati Dikhianati Teman kekasih Kita hidup untuk ini Untuk cinta yang datang kembali Setiap pagi dan  menulis puisi Memang pekerjaan abadi."                                    —Dhea Jika bernasib baik, saya ingin menjabat tangan manusia-manusia dengan tulisan indah nan romantis ini satu persatu dan berterimakasih ❤ Jiwa kasmaranku, seperti ditenangkan. Arus tak lagi kencang sebab betul, rindu tak pernah kehilangan arah.