Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2019

Sebelum sendiri

Bagiku puisi tulisan curahan hati seorang Aan Mansyur adalah satu yang terbaik. Salah satu favoritku, sebelum sendiri.  isinya : Diriku, di antara segala yang tidak kupahami, Terlalu cepat kupelajari dan terlampau lambat Kumengerti. Dan kau Di kejauhan, ada sesorang didalammu Melarang mengasihi diri lain. Masa lampau Yang membuat kopi pagi tidak butuh Gula dan kawan bicara. Aku menulis berjuta-juta kata tapi Tiap kata lupa dari mana dan untuk siapa Ia tiba. Aku mencintai segala yang tidak Memaksa aku mengingat kau. Tapi Tidak ada yang jauh. Hanya Jarak—dan jendela di kepala Yang terkunci. Tapi Tanpa jarak, puisi adalah api— Kata-kata kayu bakar semata. Tapi Kau tidak perlu menyentuhnya. Tapi Aku ingin mengajak kau membaca Dan berbahagia dan terbuka Dan terluka. Tapi Aku percaya tiap manusia Cuma pemeluk sangsi Masing-masing.    *******

Bab khusus kamu, tentang kamu, untuk kamu.

Ketika kita berbicara satu sama lain. Aku mencari sebuah tenang disana. Kulakukan itu tanpa kusadari, begitu saja. Barangkali memang kamu rumah untuk pulang ku suatu hari nanti. Sebentuk keinginan tersirat, padahal hal itu agaknya mustahil terlintas di benak ku—mengingat aku tak pernah berpikir perkara serius tentangmu sebelumnya. Benar, setiap perasaan dibutuhkan rasionalitas, aku meyakini itu. karenanya aku hanya bisa tertegun lama. Menimbang buruk dan enaknya jika membiarkan diriku sendiri jatuh cinta kepadamu. Bagaimanapun, aku memang sudah tak mau dikecewakan lagi. Meski degup-degup di malam panjang ini nyata adanya. Jauh di sadarku, aku tahu, jatuh cinta adalah hal yang mengharukan dan menggugah. Jatuh cinta membuka kan pintu bahagia untuk segala urusan yang sepele. Dibalik itu semua, mana mungkin juga dilalui tanpa resiko. Jauh di sadarku, aku sudah mengetahui itu. Tapi ngomong-ngomong, kamu tahu tidak, kalau pulang juga punya makna lain?  Kadang, pulang itu m

Beribadah puisi, pantai, dan kopi part 1

Ternyata, manusia kebanyakan tidak menginginkan kejujuran. Sementara di jalanan, orang sudah ramai berdesakan. Kamu pula ikut meramaikan puisiku.  Yang ku tulis segenap hati berharap rindu bisa sedikit memberiku ruang untuk bernafas. Kenyataan dalam bentuk cobaan selalu jauh lebih konkret adanya. Sebelum kamu tahu, bahkan rindu ini sudah berakhir gugur oleh angin. Bagiku ini pertaruhan yang maha menguji. Memang, jika hidup adalah permainan, kamu adalah pemenangnya.  Kemudian aku akan tiba memberikanmu pelukan dan kecupan selamat kembali pulang. ******** Halo, teman-teman! Bagaimana kabar dan hari kalian? Semoga baik-baik saja ya. Semoga yang sedang sedih dan sakit, diberikan kesembuhan. Hati gak boleh dibiarkan terlalu sedih loh soalnya. Hehehe anyway.... Ibadah puisi sudah tuntas aku laksanakan, liburan yang ku proklamirkan sebagai self healing juga sudah terlaksanakan. Berkat banyak hal, aku bisa menikmati waktu liburku dengan benar-benar deh. Hanya a
Hidup itu gak melulu soal luka dan duka. Akan ada kebahagiaan yang hadir setelahnya. Awalnya saya kira, luka dan duka akan membutuhkan berlalu nya waktu yang amat lama untuk bisa sembuh, dimaafkan, bahkan dilupakan rasa sakitnya. Ternyata tidak. Ikut campur Tuhan membuat semuanya berubah. Secara singkat, perasaan saya di putar balikan begitu saja. Hingga semua rasa sedih itu sirna sudah sekarang. Saya masih menangis, tapi bagiku itu adalah salah satu cara saya berproses memaafkan dan memeluk diri saya sendiri. Saya tidak ada keinginan pula untuk menghentikan air mata yang turun. Biarlah.. Meski begitu, secara sadar, saya sudah membuang bermacam kepelikan dalam hidup saya. orang-orang yang mempersulit saya untuk bahagia (btw, mereka yang sudah menyakitimu, gak berharga untuk lagi dipikirkan) sebaiknya tidak dibalas, justru dimaafkan. Saya juga menganggap kegagalan adalah hal yang wajar saja, tidak perlu merasa sedih yang terlalu. Saya akan baik-baik saja. Saya
Sedikit cerita, soal lebaran besok. Adalah lebaran yang akan dirayakan, setelah kami sekeluarga bekerja sama— lebih kompak daripada biasanya. Mungkin ini yang pertama kalinya, sejauh yang saya ingat sampai saya benar-benar merasa terharu. Menulis post ini pun saya menangis hehehe. Rasanya ... saya memang tidak terlalu malang meski sudah ditinggal bapak. Bapak juga pasti senang lihat kekompakan kami sekeluarga dibulan ramadhan ini. Disini ibu, ternyata menjagaku menyayangiku. Pekerjaan saya selama ramadhan ini, berbuah manis. Hamdallah.  Dihargai sama ibu. Bahkan ibu memberi nasehat-nasehat yang menggetarkan hati. Saya malu, selama ini banyak berburuk sangka kepadanya. Tapi saya tetap percaya, gusti Allah SWT maha mengetahui kedalaman hati hamba-Nya, hatiku, juga hati ibu. Doaku, semoga kami sekeluarga masih bisa dipertemukan dengan bulan puasa tahun depan dan mampu beribadah lebih baik lagi 🙏 aamiin yra. Dan buat semua, teman-teman bacaku.. Selamat berlebaran juga ya. Minal aidz