Saya termenung memikirkan tulisan Haruki Murakami, katanya : “Jika kepercayaan A membuat hidup orang menjadi tampak bermakna, maka kepercayaan itu dianggap sebagai kebenaran. Jika kepercayaan B membuat hidup orang tampak menjadi lebih lemah dan hina, maka kepercayaan itu dianggap sebagai kepalsuan. Sangat jelas bedanya. Kalau ada seseorang mengatakan bahwa kepercayaan B adalah kebenaran, makan orang-orang akan membencinya, mengabaikannya, atau bahkan menyerangnya. Apakah kepercayaan B masuk akal dan dapat dibuktikan, itu tidak berarti apapun bagi mereka. Kebanyakaan orang bersusah payah mempertahankan kewarasan dengan menolak dan melenyapkan citra bahwa diri mereka lemah dan hina. Padahal kenyataan nya raga manusia itu kurang lebih lemah dan hina. Tapi manusia membutuhkan cerita yang indah dan menyenangkan, yang mampu memberi perasaan bahwa dirinya bermakna, meski sedikit. Karena itulah, agama muncul.”